Bab 2087
Bab 2087
Bab 2087 Tak Akan Mati
Pangeran Willy dan Robin sangat penasaran, bagaimana cara Dewi menginterogasi mereka.
Mereka tahu keterampilan medisnya sangat hebat. la punya cara untuk menyembuhkan orang. tapi ternyata ia juga bisa menginterogasi orang?
Dewi melihat–lihat mereka, lalu mengumumkan, “Sudah tak masalah, semuanya bisa bubar.”
Ketika mendengar ucapan ini, semuanya tertegun.
Para pelayan saling bertatap–tatapan, menunjukkan ekspresi tak mengerti.
Pengawal dan tentara juga bingung, tidak paham cara apa yang digunakan Dewi. Jangan–jangan sudah kelihatan dari wajah mereka?
Robin juga kebingungan, “Nona Dewi, maksud Anda, minta mereka bubar?”
“lya, bubarlah. Kembali ke pekerjaan masing–masing.” Dewi melambaikan tangan.
Robin menatap Pangeran Willy.
Pangeran Willy menganggukkan kepala, Robin terpaksa membubarkan mereka.
“Kalau begitu, sekarang kita harus melakukan apa?” Robin bertanya pada Dewi dengan sungkan.
“Aku yang harus tanya pada kalian.” Dewi memandang Pangeran Willy, “Sekarang bukti sudah ditemukan, kamu ingin mengundang Yang Mulia kemari, lalu mencari pelakunya untuk memberimu keadilan?”
“Tak ada gunanya.” Pangeran Willy tersenyum kecut, “Lagi pula, walau masalahnya sudah ditemukan, tapi pelakunya belum ditemukan. Walau pelakunya ditemukan, kalau tak menemukan dalang di baliknya juga tak ada gunanya.”
“Jadi, apa rencanamu? Selalu membiarkan mereka menindasmu?” tanya Dewi balik.
“Tidak, aku punya rencana sendiri…. Pangeran Willy memicingkan mata dan berkata dengan suara rendah, “Walaupun aku tak ingin berebut Tahta, mereka juga tak bersedia melepaskanku. Maka sekalian saja melawan mereka hingga akhir.”
“Ini baru benar Dewi mendukungnya, “Walaupun kita tak menyakiti mereka, tapi juga tak bisa membiarkan mereka menindas kita begitu saja. Kalau tidak, orang–orang di sekitarmu juga akan ikut terlibat.”
“Benar.” Pangeran Willy menganggukkan kepala, “Aku tidak akan duduk diam begitu saja, tapi rencana ini harus direncanakan matang–matang….” This is from NôvelDrama.Org.
“Coba kamu pikirkan baik–baik apa yang harus kamu lakukan.” Dewi tak banyak bicara lagi, “Aku sarankan kamu kumpulkan bukti dulu, lalu segera selesaikan masalah air, selain itu….”
Dewi menatap Robin, “Masih ada 11 jam. Kamu harus mengawasi, apa ada orang yang pergi ke sumber air atau berkomunikasi dengan orang har
“Paham….
Robin baru paham di saat ini. Ternyata tadi Dewi bilang tak ada masalah, sebenarnya adalah strategi tarik ulur. la ingin memancing mata–mata im keluar.
“Seharusnya tidak ada mata–mata, kan?” Pangeran Willy berkata sambil mengernyitkan kening. “Sumber air bisa diracuni oleh orang luar, belum pasti orang kita yang melakukannya.”
“Tentu saja, racun juga seharusnya diracuni oleh orang luar.” Dewi menganggukkan kepala, “Tapi, mereka pasti menyuap orang dalam untuk bertukar informasi. Membocorkan keadaan di dalam sini, kalau tidak, kenapa mereka bisa tahu jam pesawatku tiba di Denmark dan menghalangiku di
bandara?”
“Benar juga.” Pangeran Willy menganggukkan kepala.
“Apa mereka tahu kabar itu dari istana kerajaan?” Robin menebak, “Tidak, pihak istana hanya tahu kita mengundang seorang dokter, tapi yang mengetahui waktu penerbangannya hanya kita saja.”
“Kalian seharusnya lebih paham dariku, kenapa harus aku yang mengingatkan?” Dewi menggelengkan kepala menghela napas, “Willy, pantas saja kamu ditindas orang hingga seperti ini. Pikiranmu tak boleh sesederhana itu.”
“Benar kata Dewi, ke depannya aku harus berpikir lebih terbuka.”
Pangeran Willy tersenyum.
“Sudahlah, aku kembali ke kamar istirahat. Kalian diskusikan sendiri, lalu segera pindah ke sumber air yang baru, kalau tidak, kehidupan sehari–hari akan jadi masalah. Aku juga harus
mandi dan makan.”
Dewi menguap sambil naik ke lantai atas.
“Nona Dewi ….” Robin lekas memanggilnya.
“Hm?” Dewi menghentikan langkah kakinya, menoleh dan menatapnya.
“Itu….” Robin ingin bertanya, tapi tak berani. Ia hanya bisa memandang Pangeran Willy dengan
lemah.
“Kamu bilang yang lain juga teracuni, apa bisa memberi mereka beberapa obat?”
Pangeran Willy tentu saja tahu isi hati Robin dan para bawahannya, jadi ia membantunya bicara.
“Aku tahu, tapi aku tidak bawa banyak obat. Tunggu beberapa hari lagi.” Dewi bicara dengan santai, “Racun sesedikit ini, tidak akan mati kok.”