Bab 1153
Bab 1153
Bab 1153 Meski ada seribu bahaya yang mengancam juga aku akan tetap pergi
Setelah merenungkannya sejenak lalu tiba–tiba Reva teringat dengan video yang ada di ponselnya.
Saat Carlos diculik pada saat yang sama dia juga menerima video ini. Apakah kedua masalah ini saling berhubungan?
Dia segera mengirimkan video tersebut kepada Tiger dan memintanya untuk menyelidiki situasinya.
Dan tak lama kemudian, setelah video itu dikirimkan lalu Tiger mengirimkan pesan balasan kepadanya.
Para pemuda yang ada di dalam video itu semuanya adalah anak buah pangeran Adam!–
Pada saat ini, Lin Mo akhirnya tahu apa yang terjadi.
Tidak perlu diragukan lagi, Carlos pasti memiliki dendam dan masalah pribadi dengan pangeran Adam sehingga dia baru bisa dipukul hingga begitu parah.
Pada waktu dulu itu, Carlos pasti melarikan diri dan kembali ke kota Carson dengan menyelam namun pada saat itu dia tidak pernah berani menyebut tentang kota Amethyst..
Tetapi orang yang berada di balik layar ini sangat memahami tindak tanduk Carlos sehingga dia menggunakan masalah ini untuk memperalat pangeran Adam agar bisa menangani Reva.
Reva mengepalkan tangannya. Orang–orang yang berada di balik layar ini benar–benar berbahaya!
Namun sekarang dia sama sekali tidak punya pililjan.
Carlos sudah diculik orang, jadi apapun yang terjadi dia harus menyelamatkan Carlos.
“Tiger, kau suruh seseorang untuk terus menyusulinya. Cari tahu dimana keberadaan Carlos.”
“Aku akan ke kota Amethyst sekarang!”
Reva memberikan perintahnya dengan suara yang dalam.
Tiger menjadi cemas, “Kak Reva, kau… kau harus memikirkannya baik–baik.”
“Kali ini, anak buah pangeran Adam menangkap Carlos di luar kota Carson.”
“Tuan Austin sendiri pun aku rasa tidak akan punya alasan untuk mengatakan sesuatu.”
“Kalau kau pergi ke kota Amethyst maka kau akan melanggar aturan dari Laba–laba beracun,
ini…”
Reva langsung berkata, “Carlos adalah saudara terbaikku, aku tidak bisa melihatnya mati!”
“Tidak peduli seberapapun bahayanya hal ini, aku tetap harus melakukan perjalanan ini!”
Setelah meletakkan ponselnya lalu Reva mengeluarkan botol yang berisi pil Energi Booster lalu berjalan keluar dari ruang bawah tanah.
Dia berjalan ke atas kemudian menatap Nara dan Reina yang sedang tidur dengan nyenyak. Ada sedikit rasa tak tega di wajah mereka.
Namun pada akhirnya dia tetap mengeraskan hatinya untuk pergi.
Begitu sampai di bandara, Reva langsung mendapatkan panggilan telepon dari Desmond.
“Tuan Lee, aku dengar kau hendak pergi ke kota Amethyst?”
“Aku rasa hal ini tidak terlalu baik. Pangeran Adam itu bukan orang biasa!”
Reva berkata, “Kepala keluarga Permana, kita hanya sebatas hubungan kerjasama saja.”
“Kalau kali ini aku tidak bisa kembali maka keluarga Permanamu juga masih tetap merupakan anggota dari kesepuluh keluarga terpandang itu.”
Desmond tampak ragu sejenak. Lalu dengan suara kecil dia berkata, “Tuan Lee, bukan itu maksudku.”
“Aku hanya ingin kau memikirkannya lagi. Untuk mendapatkan sebuah pencapaian terkadang memang harus mengorbankan sesuatu.”
“Kalau kau terlalu emosi seperti ini…”
Reva langsung menyelanya: “Dia itu saudaraku.”
“Kalau dia mati, sehebat apapun pencapaianku itu juga tidak akan ada artinya!”
Setelah menyelesaikan ucapannya lalu Reva langsung menutup panggilan teleponnya.
Namun sesaat kemudian, Chandra Park, Martin Yu dan bahkan kakek tua dari keluarga Kirk pun ikut meneleponnya dan membujuknya agar tidak pergi ke kota Amethyst.
Namun jawaban Reva selalu sama. Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g
Ini adalah saudaranya sendiri. Tidak peduli seberapa besar pun bahayanya, dia tetap harus pergi untuk menyelamatkannya!
Akhirnya, Reva naik pesawat menuju kota Amethyst.
Kota Carson, di lantai atas hotel milik Desmond.
Martin Yu, Chandra Park, Desmond Permana dan kakek tua Kirk semuanya sedang berada disini sekarang.
Anya Smith
pun
bahkan ikut duduk di ruangan ini.
Keempatnya merasa sangat emosional dan mereka cukup bingung dengan tindakan Reva.
Menurut mereka, tindakan Reva ini benar–benar bodoh.
Hanya Anya yang mendesah pelan dengan kilauan di matanya: “Meski ada seribu bahaya yang mengancam pun dia tetap bersikeras untuk pergi!
“Ini adalah contoh pahlawan sejati!”
Di sisi lain, Martin Yu menghela nafas, “Sejak jaman kuno, semua pahlawan itu hanya mengorbankan dirinya dengan sia–sia saja. Pahlawan yang mana yang pernah mendapatkan pencapaian hebat?”
“Tuan Lee terlalu emosional. Aih… kalau saja dia bisa terlepas dari perasaannya ini maka pencapaiannya pasti tidak terbatas!”
Anya meliriknya sekilas: “Aku malah tidak merasa seperti itu.”
“Kalau seseorang sama sekali tidak punya perasaan apa–apa, lalu apa gunanya juga meski dia mendapatkan pencapaian besar?”