Bab 2300
Bab 2300
Bab 2300 Dukungan Part 1
Selain informasi mengenai status pengobatan mereka, ada juga informasi kontak mereka.
Orang–orang ini, semuanya pernah menderita penyakit serius dan dirawat oleh Dewi dengan sepenuh hati, lalu menarik mereka kembali dari kematian. Mereka semua telah berjanji jika suatu hari nanti Dewi menemui kesulitan, cukup telepon mereka saja dan mereka pasti akan membantu…..
Sekarang, inilah saatnya mereka dibutuhkan.
Brandon mengeluarkan buku besar dari brankas dan memberikannya pada Dewi.
Dewi melihat–lihat informasi dan ada lebih dari tiga puluh orang di dalamnya. Dia memilih pasien yang paling berkesan, lalu meneleponnya.
Telepon berdering cukup lama sebelum ada jawaban dan terdengar suara yang sedikit lebih tua dari sana, dia berbicara dalam bahasa Inggris dengan fasih, “Halo!”
“Halo, aku Tabib Dewa….”
“Tabib Dewa Tangan Ajaib?”
Suara itu langsung terdengar bersemangat dan seperti seseorang yang lelah, lalu terbangun, “Benarkah ini kamu?” This belongs to NôvelDrama.Org.
Dia adalah seorang Jenderal, Satya, yang sangat dihormati. Meskipun telah pensiun dan hidup di tempat terpencil, di Jerman dia masih memiliki status dan kekuasaan yang cukup tinggi.
Dia adalah seorang pria yang kesepian dan tidak memiliki anak. Dia juga menderita banyak penyakit lama karena keikutsertaannya dalam perang ketika dia masih muda dan sakit–sakitan. sepanjang
tahun. Saat musim dingin tahun lalu, dia menderita karena sakit sampai ingin mencoba bunuh diri dengan menelan peluru, tapi anak buahnya menemukannya dan bergegas menghentikannya.
Presiden Jerman mengetahui hal ini, langsung mencari dokter terkenal dengan harga tinggi. Dari rekomendasi orang, mereka baru bisa menemukan Dewi. Dewi menggunakan waktu dua bulan untuk mengobatinya dan menjauhkannya dari penderitaan karena sakit. Sampai sekarang, dia masih tetap mengonsumsi obat yang disiapkan Dewi untuknya.
Selama dua bulan itu, Dewi dan Jenderal Satya menjalin persahabatan yang begitu dalam. Jenderal Satya memberinya liontin peluru dan mengatakan kepadanya jika kelak dia menemukan kesulitan, dia bisa kapan saja mencarinya dan ia akan melakukan yang terbaik untuk membantunya.
“Ini aku, Jenderal, aku butuh bantuan Anda. Apa Anda ada waktu?”
“Tentu saja, kamu ingin aku melakukan apa, katakan saja padaku….”
Dewi sudah menjelaskan pada Jenderal Satya mengenai masalah panti asuhan, dia ingin memindahkan panti asuhan menjadi atas nama dia, sehingga jika suatu hari nanti terjadi sesuatu padanya, dia berharap Jenderal Satya dapat menjaga panti asuhan dan anak–anak di dalam panti
asuhan itu.
Jenderal Satya tanpa ragu–ragu menyetujuinya, tapi dia kemudian bertanya, “Aku sudah tua dan tidak terlalu menyukai internet, tapi suatu hari aku membaca beberapa rumor tentang Negara. Emron di koran. Bagian belakang foto itu sangat mirip denganmu dan identitasnya juga seorang dokter keturunan Nusantara….”
“Jadi aku meminta bawahanku untuk mencari video yang terkait dengan berita itu di internet dan setelah dilihat lebih dekat, tetap terlihat seperti kamu. Aku ingin menghubungimu, tapi tidak bisa, juga takut mengganggumu, jadi aku menunggumu datang mencariku.”
“Kamu juga tahu, biasanya aku tidur selalu dengan kondisi ponsel dalam keadaan mati…
Mendengar kata–kata ini, Dewi merasa sangat tersentuh dan berkata, “Jadi, Anda tidur dengan ponsel menyala karena Anda sedang menunggu panggilanku?”
“Tentu saja.” Jenderal Satya tersenyum, lalu melanjutkan, “Kamu bukan hanya penyelamatku, tapi juga teman baikku. Katakan padaku, apa dokter keturunan Nusantara yang ada di berita itu. kamu?”
“Ya….” Dewi tidak tahu bagaimana harus menceritakan asal mula kejadian itu!
“Edbert si bajingan itu, beraninya dia menindas penyelamat hidupku!!!” Jenderal Satya langsung marah dan berkata lagi, “Aku akan membunuhnya!”
“Eh….” Dewi tercengang, “Anda tidak menanyakan kebenaran dari masalah ini?”
“Apa yang mau ditanya? Mau apa pun kebenarannya, yang salah pasti mereka. Tabib Dewa Tangan Ajaib kami begitu baik hati. Mana mungkin salah? Kalaupun salah, pasti karena dipaksa
mereka.”
Suara Jenderal Satya bagaikan gemuruh petir yang kuat.
“Kamu tenang saja, masalah panti asuhan, aku akan minta orang mengurusnya, tapi kamu juga jangan takut. Langit runtuh pun akan kubantu topang. Bajingan sialan itu berani menindasmu, aku akan memelintir kepalanya dan menjadikannya bola sepak!”
Dewi tertawa terbahak–bahak, tapi matanya penuh dengan air mata.
“Kamu jangan ketawa, aku serius. Jangan berpikir aku sudah tua, aku masih sedikit berguna.” Jenderal Satya berkata dengan serius, “Kamu ada di mana sekarang? Apa aman? Aku akan mengirim seseorang untuk segera menjemputmu.”