Bab 2195
Bab 2195
Bab 2195 Perpisahan
“Kamu masih punya hati nurani??” Lorenzo marah saat memikirkannya, “Kamu mengabaikanku demi pria lain, hati nurani apaan!!!”
“Aku ingin perbaiki kalimat ini.” Dewi buru–buru menjelaskan, “Aku melakukannya karena tugas dan tanggung jawab, bukan untuk siapa pun….”
“Bagaimanapun, kamu meninggalkanku demi menyelamatkan Willy.”
Lorenzo bergeser ke samping dengan raut wajah dingin, dengan sengaja menjaga jarak darinya.
“Aku tidak meninggalkanmu, aku sama sekali tidak meninggalkanmu.” Dewi bergegas mendekat, “Aku pergi untuk kerja dan mengobati penyakit, aku pernah bilang, aku akan kembali padamu setelah selesai….”
“Huh!” Lorenzo sengaja memasang wajah marah.
“Jangan marah, aku yang salah.” Dewi menarik lengannya dan membujuknya, “Kali ini aku benar- benar sadar bahwa aku salah. Untungnya, kamu lumayan hebat, bisa memenangkan persaingan ini, kalau tidak, aku malah akan menyeretmu ke jurang
11
Perkataannya ini tulus, jika Lorenzo sedikit lebih lemah saja, hari ini dia hanya bisa datang untuk memohon maaf dan memberi Raja Denmark hadiah besar, baru bisa membawanya pulang.
Dan dia sama sekali tidak mampu menyelamatkan Willy dan Mina …..
Alasan utamanya adalah kemampuannya cukup tangguh, ditambah lagi dia sudah mengeluarkan banyak dana sebagai alat tukar, baru bisa membuat Raja Denmark mundur.
Jika tidak, hari ini tamatlah riwayatnya!
“Kalau sudah tahu salah, bagaimana menebusnya?”
Melihat Dewi yang sudah benar–benar mengetahui keseriusan masalah ini, Lorenzo tidak lagi mempersulitnya.
“Cium….” C0ntent © 2024 (N/ô)velDrama.Org.
Dewi membungkuk hendak menciumnya, giliran Lorenzo memegang wajahnya, dan menciumnya dengan sekuat tenaga, mereka berdua pun berciuman intens….
Di dalam mobil ambulans di belakang mereka.
Willy berbaring dengan tenang di ranjang pasien, dua perawat berjaga di samping.
Mina memegang tangannya erat–erat sambil berbisik, “Pangeran jangan khawatir, Kastel sudah dibuka kembali, tidak hanya air, listrik, dan telepon, semua sudah kembali normal. Robin dan yang lainnya bisa keluar masuk dengan bebas….”
“Hm.” Willy hanya menjawab dengan suara rendah.
“Aku baru saja dengar Tuan L bilang dia ingin membawa Anda ke Negara Emron untuk berobat. ini bagus juga, tidak ada yang akan mengganggu Anda. Anda bisa berobat dengan tenang. Setelah sembuh, bisa membahas hal lainnya….”
Willy tidak mengatakan apa–apa, hanya memejamkan mata,
“Anda lelah? Istirahatlah dengan baik, aku tidak mengganggu Anda lagi.”
Mina berhenti bicara, menyelimutinya, dan menemaninya dalam diam.
Mina melihat ke luar jendela dan menyadari jalannya agak familier, dia segera bertanya pada sopir, “Pak, kita pergi ke mana?”
“Kastel Pangeran Willy!”
Mendengar ini, Willy membuka matanya, sedikit emosional, “Bantu aku bangun!”
“Pangeran, sekarang Anda tidak boleh bergerak sembarangan….”
“Bantu aku bangun,” perintah Willy.
Mina tidak bisa menolaknya, mau tidak mau memapahnya.
Dia sekuat tenaga berlatih duduk, menyuruh Mina membantunya duduk di kursi roda nanti dan. mendorong kursi rodanya.
Mina tahu bahwa Pangeran ingin berpostur lebih baik saat bertemu orang–orang di Kastel. Meskipun agak sulit, dia tetap ingin memenuhi keinginannya, jadi dia meletakkan sandaran bantal tambahan di kursi roda.
Saat konvoi tiba di gerbang Kastel, Lorenzo berkata, “Aku tidak turun. Aku tunggu di dalam mobil, kuberi waktu satu jam untuk menemani Willy mengucapkan salam perpisahan.”
“Perpisahan?” Dewi bertanya dengan terkejut, “Apa kita akan kembali ke Kota Snowy malam ini?”
“Hm.” Lorenzo mengangguk, “Orang–orang di Kastel yang keracunan seharusnya tidak parah, kamu siapkan obatnya, aku akan suruh orang mengirimkannya untuk mereka.”
“Tapi….”
Dewi ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan serius Lorenzo, dia menarik kembali perkataannya, “Baiklah, jadi kita akan bawa Willy ke Kota Snowy?”
“Kalau tidak?” Lorenzo mengangkat alisnya, “Menurutmu aku akan mengizinkanmu tinggal di sini untuk mengobatinya?”
Lorenzo tidak ingin berpisah dengan Dewi, dia membawa Willy ke sana agar Dewi tetap berada di sisinya….