Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2099



Bab 2099

Bab 2099 Putus

“Bagus kalau begitu.” Pangeran Willy menghela napas, “Demi aku, Robin membahayakan dirinya pergi menemui Yang Mulia. Kalau sampai terjadi sesuatu dengannya, aku tidak akan bisa memaafkan diriku selamanya.”

“Ia sudah baik–baik saja, jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Dewi menepuk pundaknya, “Istirahatlah lebih awal, sekarang….”

Sebelum ucapannya selesai, ponsel di saku celananya bergetar. la lekas mengeluarkan ponsel dan meninggalkan ruangan itu, “Halo! Kamu masih bisa mencariku? Aku kira kamu sudah mati.”

Ketika mendengar nada bicara ini, Pangeran Willy sudah tahu siapa yang meneleponnya. Melihat Dewi mempercepat langkah kakinya, tatapan matanya pun menjadi suram….

Dewi memegang ponsel sambil naik ke lantai atas, “Kenapa kamu tidak menjawab teleponku sebelumnya?” tanyanya dengan kesal. Content © provided by NôvelDrama.Org.

“Kamu saja pergi menjaga pria lain, untuk apa meneleponku?” Lorenzo berbalik tanya, “Aku suruh kamu ke Kota Snowy, kamu tidak mau. Malah pergi ke Denmark, siapa sebenarnya pacarmu???”

“Aku ke Denmark untuk mengobati pasien, ini adalah tanggung jawab ….”

“Kebetulan sekali, aku juga sakit.” Lorenzo langsung berkata, “Sekarang juga kamu kemari obati

aku.”

“Kamu kenapa?” tanya Dewi dengan buru–buru.

“Menurutmu?” Lorenzo melihat ia masih memedulikan dirinya, nada bicaranya pun melembut sedikit.

“Sakit jiwa.” Dewi baru bereaksi, tahu Lorenzo sengaja menggodanya, “Baik–baik saja kenapa tiba- tiba sakit? Willy baru benaran sakit ….”

“Willy, Willy, Willy….” Lorenzo benar–benar sudah tak tahan mendengarnya, “Di matamu hanya ada Willy!!!”

“Bukan….”

“Karena kamu begitu menyukainya, maka kamu bersamanya saja.” Lorenzo sama sekali tak ingin mendengarnya lagi, “Sampai jumpa!”

“Lorenzo, apa maksudmu?” Dewi buru–buru bertanya.

“Maksudnya apa masih belum jelas?” Lorenzo balik bertanya, “Kamu punya impian medis yang ingin diwujudkan, ada anak–anak panti asuhan yang harus dijaga, juga ada teman pria. Aku bukan apa–apa bagimu. Kalau begitu, kita putus saja.”

“Apa kamu bilang?” Dewi mengira dirinya salah dengar

“Masih kurang jelas?” Lorenzo memperjelas kata demi kata dan bicara ulang. “Aku bilang putus!!! Dewi, semoga kamu bahagia, sampai jumpa!!!”

“Berengsek, kamu

Dewi baru saja hendak bicara, telepon sudah dimatikan.

Tut, tut, lalu hening.

Dewi masih memegang ponsel dan tercengang di tempat. la benar–benar membeku…..

Apa yang terjadi?

Apa ia salah dengar?

Atau salah ingat?

Lorenzo ingin putus dengannya?

Tidak, tidak mungkin.

Sejak awal hingga saat ini, selalu Lorenzo yang mengejarnya, pria itu yang sudah berencana sejak lama untuk menikahinya, selalu menginginkannya. Entah bagaimanapun temperamennya, entah bagaimanapun ia melawan, selalu Lorenzo yang mengalah, tapi sekarang…

Pria itu malah ingin putus dengannya??

Dewi terkejut hingga tangannya gemetar, ia lekas menelepon Lorenzo kembali….

Setelah berdering beberapa saat, tidak ada yang menjawab.

la lanjut menelepon lagi. Kali ini telepon langsung dimatikan.

la menelepon lagi, panggilan menunjukkan ia sedang sibuk.

Jelas sekali, nomornya telah diblokir.

Dewi tertegun di tempat, pikirannya kacau….

Kenapa bisa seperti ini?

Dulu entah bagaimana ia melawan, sekalipun Lorenzo marah, juga tak akan pernah mengungkit kata putus, tapi kali ini …..

la tak melakukan kesalahan apa–apa, ‘kan?

Hanya datang ke Denmark untuk mengobati pasien.

Haruskah ia semarah ini?

Dan juga, waktu dirinya ingin berdiskusi dengannya. Lorenzo sendiri yang pergi menemui Juliana, ia juga tak menjelaskan apa–apa pada dirinya, makanya dirinya pun marah dan tak ingin berdiskusi dengan Lorenzo….

Ini bukanlah kejahatan besar, kenapa pria itu ingin putus dengannya?

Dewi memegang ponsel terduduk di sofa. Pikirannya kacau….

la yang selalu bersikap arogan dan percaya diri, tiba–tiba mendapat pukulan besar. Dirinya menjadi linglung….


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.