Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2057



Bab 2057

Bab 2057 Tidur Bersama

“Kamu bersama Willy?”

Suara Lorenzo seketika berubah.

Dewi menatap Pangeran Willy dengan cemas, tapi ia tetap bersikukuh, “Iya, kenapa?”

“Sekarang sudah jam satu subuh di sana,” suara Lorenzo terdengar dingin membeku melalui telepon, “Dewi, kamu memblokir nomorku, dan tengah malam bersama dengan seorang pria, kamu bagus sekali, bagus sekali!”

“Bukan begitu, aku….” Dewi hendak menjelaskan, tapi Lorenzo sudah menutup teleponnya.

Dewi memegang ponsel, kebingungan, “Sialan, dia benar–benar menutup telepon.” ConTEent bel0ngs to Nôv(e)lD/rama(.)Org .

“Kamu yang banyak bicara!” Willy dengan tegas menegur Robin.

“Aku bersalah.” Robin dengan cepat menunduk dan mohon maaf, “Maafkan aku, Nona Dewi, semuanya salahku.”

“Bukan salahmu, dia yang terlalu berpikiran sempit!” Dewi terlihat cuck, “Sudahlah, lanjut makan, jangan biarkan dia memengaruhi suasana hati kita.”

“Dewi, bagaimana kalau aku telepon L dan jelaskan saja?” Willy bertanya lembut, “Sekarang sudah selarut ini, kamu bersamaku, dia pasti akan salah paham.”

“Biar saja dia salah paham, apa urusannya?” Dewi berkata dengan kesal, “Saat dulu dia berhubungan tanpa status dengan Juliana, dia juga tidak menjelaskannya padaku.”

“Juliana bertepuk sebelah tangan, L tidak menyukainya.” Willy tersenyum, “Aku malah merasa dia sangat mencintaimu….”

“Kalau dia benar–benar mencintaiku, sejak awal dia akan datang mencariku, tapi buktinya dia tidak datang sampai sekarang?” Semakin memikirkannya, Dewi semakin marah, “Aku sudah di Swedoland sembilan hari, apa dia ada menunjukkan tanda–tanda kehadiran?”

“Ini….”

“Sudahlah, jangan dibahas lagi.” Dewi tiba–tiba kehilangan nafsu makannya, “Willy, terima kasih atas sup biji terataimu, aku pulang dulu.”

“Hm, sudah larut, pulang dan istirahatlah.” Willy mengayuh kursi roda mengantarnya, “Sekarang kamu sedang marah, jadi aku tidak akan membujukmu lagi. Setelah amarahmu reda, jangan lupa telepon L

“Tidak akan kutelepon.” Dewi membantah, “Terserah aku.”

“Ini….”

“Sampai jumpa!”

Dewi melaju kencang.

Willy tetap berdiri di tempat, menatap mobil pergi sampai bayangannya hilang dari pandangan, baru dia mengalihkan pandangan dan berkata, “Kita juga pulang saja.”

“Baik.”

Dewi tiba di rumah, karena takut membangunkan Bibi Lauren, jadi dia memarkirkan mobilnya di luar, lalu berjalan masuk tanpa bersuara, saat hendak naik ke atas, terdengar suara yang familier dari belakang, “Sudah pulang!”

“Bibi Lauren!”

Dewi berbalik, menatap Bibi Lauren dengan canggung.

“Cepatlah mandi dan tidur,” Bibi Lauren langsung naik ke atas sambil memeluk bantal, “Malam ini, aku tidur bersamamu.”

“Hah?” Dewi tertegun, dulu mereka pernah tinggal di rumah tua dan usang, dia takut tikus dan tidak berani tidur sendirian, Bibi Lauren yang menemaninya, bahkan menepuk–nepuk bahunya agar tidur.

Namun setelah tumbuh dewasa, dia terbiasa tidur sendirian.

Lagi pula rumah ini begitu besar dan bersih, tidak ada tikus lagi.

“Malam ini ada badai dan petir, aku takut.”

Bibi Lauren mencari alasan.

“Baiklah….”

Dewi agak tidak berdaya, tapi juga tidak bisa menolak Bibi Lauren.

Setelah kembali ke kamar, Dewi mandi dan mengenakan piyama, Bibi Lauren sudah memakai penutup mata, memeluk bantal kelinci, berbaring di samping.

Dewi kira dia sudah tidur, lalu berbaring di ranjang perlahan–lahan.

“Sudah ngantuk?” Bibi Lauren tiba–tiba bertanya.

“Tidak terlalu.” Dewi terkejut, “Bibi belum tidur?”

“Aku menunggumu.” Suara Bibi Lauren terdengar agak sedih di malam yang sepi ini, “Dewi, aku dan Paman Joshua akan pergi sebentar, kamu dan Brandon harus jaga diri baik–baik.”

“Pergi? Pergi ke mana?” Dewi buru–buru bertanya, “Mengurus yayasan?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.