Menantu Dewa Obat

Bab 1182



Bab 1182

Bab 1182 Masa lalu yang tragis dari Laba–laba beracun

Jantung Reva berdetak dengan kencang: “Kakakmu?”

“Kau adalah pamannya pangeran? Kau adalah si Lord Flame yang dia katakan?”

Flair Meint tersenyum dengan ringan: “Kalau kau singkat kedua nama itu akan membentuk kata Flame.” (Fla dari Flair dan Me dari Meint)

Raut wajah Reva tampak agak berubah: “Apa kau datang kesini untuk meminta orangnya?”

Flair menghisap rokoknya. Lalu dengan lembut dia berkata, “Itu tidak terlalu penting.”

“Aku hanya datang untuk meminta jasa budimu saja. Kau lepaskan kakakku dulu.”

“Setelah itu kau serahkan nyawamu kepadaku.”

Ekspresi Reva langsung berubah. Lord Flame ini bisa berbicara tentang hal–hal yang paling mengerikan dengan nada datar seperti itu. Entah bagaimana caranya dia bisa mengembangkan karakter seperti itu.

Saat teringat tentang pangeran dan si Laba–laba beracun itu, tiba

laba beracun itu, tiba–tiba Reva tersadar bahwa ketiga orang ini memiliki perangai dan karakter yang aneh.

Reva berkata, “Kau baru saja tiba di kota Carson jadi mungkin kau belum tahu tentang apa yang terjadi di sini.”

Lord Flame mengibaskan tangannya: “Tentu saja aku tahu apa yang sedang terjadi di kota

Carson.”

“Aku juga tahu bahwa ada seseorang yang sengaja melakukan ini untuk membuatku berurusan dengan kau.”

“Namun, aku juga tidak punya pilihan lain. Hanya dengan membunuhmu dulu maka orang yang berada di balik layar itu baru mau melepaskan keponakanku.”

“Tetapi kau juga tidak perlu khawatir, setelah aku menyelamatkan keponakanku, aku akan membantumu untuk membunuh semua orang yang terlibat dalam masalah ini. Aku akan membantumu untuk membalas dendam!”

Reva menggertakkan giginya. Si Lord Flame ini sama sekali tidak menganggap sebelah mata dirinya.

“Maaf, aku ndak bisa melakukannya!”

“Aku bisa membantumu menyelamatkan pangeran tetapi aku masih belum boleh mati!”

Reva menjawabnya dengan suara yang berat.

Lord Flame tersenyum dengan lembut, “Aku khawatir kau tidak punya pilihan dalam masalah ini!”

Reva langsung merasa kesal: “Aku tahu kau sangat kuat tetapi jangan lupa, disini adalah kota Carson, yang juga merupakan wilayahnya Austin!”

“Meskipun kau bisa membunuhku, namun apa Austin akan melepaskanmu begitu saja?”

Lord Flame terkekeh lalu dia berjalan mendekat lagi dan berkata dengan lembut: “Kebetulan aku punya cukup waktu, bagaimana kalau kau dengarkan dulu ceritaku?”

Reva tampak agak bingung tetapi tetap saja dia menganggukkan kepalanya.

“Ceritaku ini agak panjang…” Flair menyalakan sebatang rokok lagi. Matanya seolah masuk ke dalam memorinya. “Aku lahir di era kehidupan yang sulit dan persediaan barang yang langka. Aku juga terlahir

di keluarga yang kurang baik.”

“Kakakku tiga tahun lebih tua dariku. Saat aku berumur 6 tahun, dia berumur 9 tahun.”

“Pada tahun itu, mamaku kabur dengan seorang bos kecil. Dan papaku mengusirnya pergi kemudian meninggalkan kami kakak beradik ini di rumah.”

“Untung saja masih ada sesuatu yang bisa dimakan di rumah sehingga kita berdua masih bisa bertahan untuk beberapa waktu.”

“Namun sayangnya, untuk memasak kami membutuhkan api sedangkan di rumah hanya tersisa tiga batang korek api saja.”

“Pada masa itu, kau bisa membeli sebuah permen dengan uang sat usen. Dan kau bisa mendapatkan gratis dua buah kalau kau membeli 10 buah permen yang bernilai 1 sen.”

“Tetapi, hingga aku berusia 6 tahun, totalnya aku hanya pernah makan 2 buah permen saja.”

“Yang pertama adalah permen yang dipungut oleh kakakku di luar sana. Anak yang melempar permen itu menangis hingga lama sekali.”

“Yang satunya lagi diberikan oleh bos kecil yang membawa lari mamaku itu untuk membujukku. Hehehe, terkadang aku bertanya–tanya dengan heran, kalau aku tidak meminta permen itu darinya, apakah mamaku tidak akan pergi dengannya?”

“Makanan yang bisa kami makan tersedia di rumah, kami hanya bisa makan makanan pokok saja kalau sedang tidak ada sayuran.”

“Tetapi kalau kau tidak punya korek api makan kau akan kelaparan.”

“Sehingga kakakku memikirkan cara untuk mencuri korek api dari rumah orang lain.”This content provided by N(o)velDrama].[Org.

“Aku masih ingat pada waktu itu rumah tempat kakak aku mencuri itu adalah rumah tetangga sebelah kami. Saat pertama kali kami pergi mencuri barang di rumah itu, kakak aku menyuruh aku untuk berjaga di luar dan dia pergi ke dapur untuk mencuri korek apinya. Tetapi akibatnya. kakakku yang baru saja hendak keluar dari dapur itu ketahuan oleh si nyonya rumahnya.”

“Wanita itu sangat cerewet. Dia mengeluarkan korek apinya dari kantong baju kakakku dan menendang kakakku ke halaman rumah kemudian mengambil sepotong kayu bakar untuk memukuli kakakku itu selama 10 menit lebih sambil mengutuknya dengan kata–kata yang

buruk.”

“Pada saat itu aku tidak mengerti apa – apa. Aku hanya bisa menangis dan memohon kepadanya saja agar tidak memukuli kakakku.”

“Dan pada akhirnya setelah beberapa penatua di desa itu tidak tahan lagi kemudian mereka menghentikan si wanita cerewet itu. Pada saat ini barulah kakak aku terselamatkan.”

“Selanjutnya ada seorang nenek tua yang memberi kami sekotak korek api sehingga bisa membuat kami bertahan untuk sementara waktu.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.