Menantu Dewa Obat

Bab 1171



Bab 1171

Bab 1171 Reva menang

Reva menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa–apa lagi. Lalu dia mengeluarkan kartu

10 hati! Content from NôvelDr(a)ma.Org.

Dengan begini maka Reva langsung mendapatkan kartu straight flush hati merah.

“Ckckck…”

sang pangeran menggelengkan kepalanya sedikit: “Reva, aku sudah mengingatkanmu tetapi kau benar– benar tidak mau mendengarkan nasehatku.”

“Kalau begitu maaf, aku khawatir kali ini kau sudah pasti kalah!”

Sang pangeran mengulurkan tangannya ke dalam kotak kaca sambil menarik pergi ular berbisa itu untuk mencari kartu 10 sekop.

Reva tampak tenang. Dia menyaksikan sang pangeran yang terus mencari dan membolak–balik seluruh isi kotak itu.

Setelah mencari–cari untuk waktu yang cukup lama kemudian wajah sang pangeran langsung berubah, karena dia tidak dapat menemukan kartu 10 sekop.

“Sedang mencari kartu 10 sekop?” akhirnya Reva berkata, “Maaf, sepertinya aku baru saja mengeluarkan kartu 10 sekop itu secara tidak sengaja.”

“Apa?!” raut wajah sang pangeran langsung berubah. Dan saat melihat ke atas dia melihat di tangan Reva telah bertambah sebuah kartu yaitu kartu 10 sekop yang dia cari–cari itu.

“Ba… bagaimana cara kau melakukannya?” seru sang pangeran.

“Saat aku pertama kali mengambil kartu, aku sudah mengeluarkan kartu 10 sekop ini.” ujar Reva dengan lembut. “Kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan waktu yang begitu lama di dalam sana?”

Air muka sang pangeran langsung memucat. Tadinya dia mengira semuanya akan aman. terkendali.

Siapa yang bisa menyangka bahwa pada akhirnya dia akan kalah di tangan Reva.

Sejak awal Reva telah menyiapkan jebakan untuknya.

Reva sudah mengambil kartu 10 sekop itu tetapi dengan sengaja dia mengambil lagi kartu As hati sehingga membuat sang pangeran merasa bahwa semuanya aman dan terkendali.

Namun pada dasarnya, begitu sang pangeran mulai mengeluarkan kartu J sekop, dia sudah kalah.

Setelah terjadi keheningan yang cukup lama tiba–tiba sang pangeran mengangkat kepalanya dan tertawa dengan terbahak bahak. “Menarik, menarik, sangat menarik!”

“Reva, kau benar–benar tidak membuat aku kecewa!”

“Kali ini anggap saja aku kalah tetapi masalah antara kau dan aku belum selesai!”

“Sekarang kau bisa pergi untuk menyelamatkan istrimu. Dia ada di ruang belakang.”

Tanpa basa basi lagi, Reva langsung ke ruang yang ada di belakang itu dengan cepat.

Setelah melewati koridor yang panjang akhirnya Reva sampai di depan pintu kamar ini.

Pintu kamarnya tertutup dengan rapat sehingga dia langsung menendang pintu kamarnya lalu bergegas masuk.

Ruangan itu tampak kacau balau dengan darah yang berceceran di lantai.

Reva melirik ke dalam kamar. Nara masih tampak terbaring di tempat tidur seolah sedang koma.

Dia hanya bisa menghela nafas dengan lega lalu berlari ke sana dengan cepat.

Tepat ketika Nara baru saja hendak digendong olehnya, tiba–tiba terdengar suara lembut dari dalam kamar mandi.

Reva segera bergegas menghampiri dan membuka pintu kamar mandinya. Dia mendapati ada dua orang yang tergetelak dalam genangan darah.

Salah satunya adalah Hana, adik perempuan Nara.

Ada luka di sekujur tubuhnya dan juga beberapa lubang di kepalanya serta selusih lebih luka di wajahnya. Dia tampak sekarat.

Meski begtu, dia masih saja menempel dengan erat pada pria yang jatuh di dekat bak mandi

tersebut.

Pria ini adalah Hiro. Tidak tampak banyak luka ditubuhnya namun pisah buah itu tertancap di lehernya dan darahnya terus mengalir keluar.

Dia memegang sepotong kaca ditangannya dan sekali demi sekali dia masih saja terus menusuk lengan Hana. Namun karena dia telah kehilangan banyak darah, tenaganya juga semakin berkurang.

Kedua orang ini bertarung sampai mati.

Saat Hiro berencana untuk membunuh Nara, akhirnya hati nurani Hana baru tergerak.

Dia berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya tetapi pada akhirnya Hiro terpikir untuk membunuhnya juga dan setelah itu dia akan melecehkan Nara.

Bagaimanapun juga Hana hanyalah seorang wanita sehingga dia tidak mampu melawan Hiro. Dia dibuat terluka parah oleh Hiro.

Selanjutnya, Hiro menjadi panik lalu menyeretnya ke kamar mandi dan berencana untuk memotong lehernya di kamar mandi.

Hana yang sedang panik langsung mengambil pisau buah dan menusukkannya ke leher Hiro. Sehingga pada akhirnya terjadilah situasi seperti sekarang ini.

Saat Reva melihat situasi ini, meski dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini namun secara gamblang dia juga tahu bahwa Hana pasti telah menyelamatkan Nara.

Kalau tidak, Nara pasti sudah berada dalam bahaya sekarang!

Meskipun dia merasa sangat tidak senang dengan Hana namun di saat yang paling kritis, adik Nara ini tetap saja telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang adik yang baik!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.