Menantu Dewa Obat

Bab 1166



Bab 1166

Bab 1166 Vivi yang memalukan

Reva sudah menyuruh seseorang untuk mengirimkan kartu ucapan setelah itu dia langsung bergegas ke clubhouse Orange.

Sesampainya disini, dari kejauhan dia sudah melihat ada seorang pemuda menawan yang sedang berdiri di depan pintu klub itu. Pemuda ini adalah anak buahnya pangeran. Content held by NôvelDrama.Org.

Dia membawa Reva ke lobi yang ada di lantai paling atas, tempat dimana sang pangeran sedang bersenang–senang dengan beberapa wanita.

Saat melihat gadis–gadis ini mau tak mau Reva mencemberutkan wajahnya.

Karena, ada seseorang yang dia kenal dari beberapa gadis–gadis itu. Dia adalah Vivi Sumarno yang dulu itu.

Setelah apa yang terjadi pada waktu dulu itu, orang–orang dari keluarga Sumarno sudah mengunjungi Axel dan Alina beberapa kali.

Tetapi Axel dan Alina sama sekali tidak membantu mereka dan tidak melakukan apa–apa.

Pada akhirnya, Jayden dijebloskan ke penjara dan masalahnya selesai.

Namun, keluarga Sumarno dan keluarga Shu sekarang benar–benar saling bertentangan. Di luaran Vivi sering menjelek – jelekkan keluarga Shu.

Spencer sudah kehilangan pekerjaannya sehingga sekarang keluarga Sumarno sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Dan Vivi ini, dia tidak mau menjalani kehidupan yang miskin seperti itu jadi dia sering pergi nongkrong di klub malam dengan mengenakan pakaian seksi dan dandanan yang cantik. Dia mencoba untuk

mendapatkan suami yang kaya.

Namun tak disangka, dia malah datang ke tempat sang pangeran ini!

Apa mungkin dia bersekongkol dengan sang pangeran?

Namun sebenarnya, si Vivi ini benar–benar tidak ada hubungannya dengan sang pangeran.

Tadinya dia tidak tahu identitas sang pangeran. Tetapi saat melihat sang pangeran yang berani menghabiskan begitu banyak uang dan membawa mobil mewah itu membuatnya langsung ingin menggacinya.

Kemudian setelah dia datang ke sini dengan beberapa orang sahabatnya, dia baru tahu identitas sang pangeran sehingga membuat dia semakin bersemangat lagi.

Kalau dia bisa menggaet sang pangeran, jangankan menjadi kaya raja, dia juga bahkan bisa meminta sang pangeran untuk membalaskan dendamnya.

Oleh karena itu,dia berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hati sang pangeran.

Sayangnya, sang pangeran ini bahkan sama sekali tidak meliriknya sedikitpun sehingga

membuatnya sangat kecewa.

Namun saat Vivi melihat Reva datang, dia langsung merasa senang lagi.

Dia berbaring di samping kaki sang pangeran sambil menyipitkan matanya ke arah Reva dengan arogan seolah–olah dia merasa bangga bisa berada di samping sang pangeran.

“Aihh, bukannya ini adalah direktur Lee yang

terhormat?”

“Kenapa? Mau apa kau datang mencari kakak pangeranku?”

Ujar Vivi dengan marah.

Pada saat ini pangeran baru memperhatikan Reva. Dia menatap Reva dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu melengkungkan bibirnya dengan ekspresi jijik.

Menurutnya, Reva terlihat sangat biasa sekalii dan tidak ada yang istimewa pada dirinya sehingga membuatnya cukup kecewa.

Reva tidak mempedulikan Vivi. Dia langsung menghampiri sang pangeran.

“Pangeran, halo, namaku Reva, senang bertemu denganmu.”

Sapa Reva.

Pangeran yang sedang berbaring di sofa itu lalu dengan malas berkata, “Sikapmu dalam berbicara itu buruk, coba diubah lagi!”

Reva mengernyitkan keningnya: “Diubah bagaimana?”

Dengan marah Vivi memaki, “Kalau disuruh ubah yah kau ubah saja. Untuk apa begitu banyak

bacot?”

Sang pangeran langsung mengusir Vivi. Dia meraih sebotol anggur dari atas meja dan melemparkannya ke tubuhnya sambil memaki, “Aku sedang berbicara. Sejak kapan kau punya hak untuk ikut campur didalamnya?”

“Diam kau!”

Vivi langsung gemetaran karena merasa ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa sang pangeran akan begitu emosi.

Tadinya dia mengira bahwa kalau sang pangeran sudah mengijinkannya datang ke sini setidaknya dia akan suka kepadanya dan siapa tahu saja dia akan tertarik untuk berhubungan dengannya.

Sehingga dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalaskan dendamnya kepada Reva.

Namun di luar dugaan, setelah mengatakan beberapa patah kata, dia malah diusir seperti itu sehingga membuatnya merasa semakin malu.

Reva menatapnya dengan tatapan menghina dan wajah Vivi langsung memerah karena malu.

Sang pangeran menendang Vivi lagi kemudian dia menatap Reva: “Karena kau sudah tahu siapa diriku maka kau harus berlutut saat berbicara denganku!”

“Apakah ini cara kau berbicara kepadaku saat hendak memohon aku?”

Reva mengernyitkan keningnya, “Aku pikir kau sudah salah paham. Aku bukan datang kesini untuk memohon kepadamu.”

Sang pangeran tertawa dengan terbahak – bahak: “Kau bukan datang untuk memohon aku?”

“Kalau begitu kau datang ke sini untuk menyerahkan nyawamu?”

“Hahaha, kalau kau benar–benar ingin mati, aku bisa membantumu!

Sambil berbicara, sang pangeran sudah langsung meraih sudut meja dan mengangkat seluruh meja itu kemudian melemparkannya kepada Reva.

Bersamaan dengan itu, sang pangeran juga segera bergegas keluar dari tempatnya dan langsung menerjang ke arah Reva.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.