Bab 645
Bab 645
Apabila perkataan ini keluar dari mulut orang lain, mungkin akan terdengar keterlaluan, tetapi bagi
seorang ibu yang kejam, yang tega menjatuhkan anak berusia tiga tahun dari lantai atas, perkataan ini
menjadi terdengar sangat wajar.
Anak kandungnya saja diabaikan, apalagi anak orang lain.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Ellia dan Naufan itu sama saja.
Di dunia mereka, tidak ada orang lain selain cinta. Itu adalah suatu keegoisan yang sangat luar biasa.
Dengan begitu anggun, Ellia membelai rambut yang ada di sebelah telinganya.
“Anak itu … sejak dua tahun lalu, dia sering menemuiku. Terkadang dia menemaniku bersantai,
terkadang dia juga memijat kakiku. Karena aku lihat dia merasa bosan, jadi aku membiarkannya.”
Harvey tidak bisa berkata–kata, “Aku rasa bukan dia yang bosan, tetapi Ibu,” ujarnya.
Ibunya tidak pernah berlaku seperti ibu yang baik dan penyayang, melainkan lebih seperti tokoh
antagonis.
Contohnya, dulu dia sering menyiksa Pauline demi membuat Naufan berubah pikiran.
Pada akhirnya, tentu Naufan menjadi semakin menjauh, hingga keduanya benar–benar berpisah dan
bercerai.
Untuk mengingat perbuatannya dulu, Ellia menghabiskan waktu yang begitu lama, dan memang agak
konyol, dia menghancurkan dirinya sendiri sampai seperti ini hanya demi seorang pria.
“Ya, memang lumayan membosankan sih, tapi siapa yang akan menolak mainan yang datang dengan
sendirinya?” ucap Ellia tersenyum. This is property © NôvelDrama.Org.
Senyum itu terasa seperti terangnya bulan yang menyibak awan, tiba–tiba menjadi terang benderang.
Melihatnya, Harvey pun tertegun, selama ini dia tidak pernah melihat senyum ibunya.
Dulu, yang paling diharapkannya adalah Ibunya tersenyum padanya. Sewaktu kecil, Ibunya selalu
memperlihatkan raut wajah yang dingin atau menatapnya dengan benci.
“Sepertinya Ibu memang sudah paham.”
“Nak, maafkan Ibu, ya?” kata Ellia mengulurkan tangan ke Harvey.
Tanpa adanya rasa takut sewaktu kecil terhadapnya, ternyata dia menjadi lembut dan menyenangkan.
Sementara itu, Harvey tidak mengulurkan tangannya, dia tentu ingat perbuatan Ibunya terhadap dirinya
saat masih kecil.
Ellia menghela napas, “Baiklah, aku tahu kamu nggak akan bisa semudah itu memaafkanku, aku bisa
memberimu waktu,” ucapnya.
“Jadi, Ibu nggak menentang hubunganku dengan Sell?”
Selama ini, yang paling dipedulikan Harvey adalah sikap Ellia. Di dunia ini, mana ada orang yang tidak
ingin orang tuanya mendoakannya dengan tulus?
“Kenapa aku harus menentang hubungan kalian? Dengan status keluarga Irwin dan keluarga Davira sekarang, menurutmu apa aku akan peduli dengan status menantuku? Selama kalian benar–benar saling mencintai, aku nggak masalah sekalipun gadis itu adalah seorang pemungut sampah.”
“Terima kasih untuk segalanya.”
Akhirnya, Harvey merasa sangat lega. Namun, tiba–tiba Ellia menepuk bahunya, “Apa selama ini dia
menghubungimu?” tanyanya.
“Dia” yang dimaksudkan itu pasti Naufan.
Harvey menggeleng dan menjawab, “Nggak sih, mungkin akan bertemu di beberapa kesempatan, tapi aku memilih untuk menghindarinya.”
1
Dia akan selalu mengingat kejadian sewaktu berusia tiga tahun saat dia menemui Naufan dengan gembira, tetapi malah diusir ketika semua anak–anak mengoles kue ke tubuh Naufan, karena dia
membenci Harvey.
Selamanya, Harvey
sudah sangat bagus.
idak akan pernah memaafkan pria itu. Tidak menganggapnya sebagai
“Abaikan saja orang seperti dia.”
musuh saja
“Bagaimana dengan Ibu? Apakah Ibu sudah benar–benar melupakannya?” tanya Harvey kembali.
Ellia mengelus dadanya, “Semestinya sudah, setidaknya di sini nggak akan sakit lagi sewaktu menyebutnya,” jawabnya.
“Memang lebih baik begitu. Kalau Ibu bisa melupakannya, penderitaan Ibu juga akan berkurang.”
Namun, Ellia menatapnya lekat–lekat, “Aku bisa melupakannya, tapi kamu? Jangan kamu kira aku nggak
tahu kalau ada sesuatu yang nggak beres antara kamu dengan gadis itu. Di Barre, kamu ribut dengan gadis dari keluarga Wilson itu, tapi tatapannya ke kamu itu nggak ada rasa cinta atau benci, itu jelas
aneh,” jelasnya.
Harvey tidak menyangka Ibunya akan secepat itu menyadari bahwa ada yang tidak beres.
“Ibu tahu apa?”
Sambil memainkan kukunya, Ellia menjawabnya dengan santal, “Aku dengar, beberapa waktu lalu
Poison Bug dihabisi oleh seseorang, obat–obat dan data–data banyak yang hilang, termasuk obat cair yang diteliti oleh Nyonya Rosie selama belasan tahun, yang apabila obat itu dikonsumsi, orang tersebut
akan hilang ingatan.”